Saturday 1 December 2007

Kesya

Langkahku tertahan saat hendak mengetuk pintumu. Geming yang ganjil. Ada rasa ngilu yang seketika menyergap. Menelusup ke lubuk terdalam batinku. Aku tak berdaya. Sedikitpun aku tak pernah menduga pertemuan ini akan kembali terjadi setelah 10 tahun lamanya kita saling membenci. Kesya, apakah kau masih mencintaiku?

Pintumu masih berwarna hijau kusam. Tak berubah sedikitpun. Juga engsel yang rusak, tumbal pertengkaran kita malam itu, masih ajeg. "Mengapa kau tak pernah bisa meninggalkan perempuan itu!?" teriakmu malam itu. Aku bungkam seribu basa. Kau semakin kalap saat itu. Mengejarku dengan pisau lipat terhunus di tangan kirimu. Aku menghambur lari ke dalam pekat malam. Aku hanya mendengar pintu yang dibanting. Dan sejak itu kita tak pernah lagi bertemu. Kesya, apakah kau merindukanku?

Kesya, maafkan aku. Aku tak sanggup menghalagi perempuan itu masuk dan menjarah hatiku. Dia melantakkan tiang penyangga bangunan cinta kita. Dan cinta itu rubuh tanpa ampun. Aku menyesal telah menyia-nyiakan kesungguhanmu. Menelantarkan cintamu. Mungkin aku terlalu rapuh saat itu. Aku tak berdaya saat tatapan laknat itu menikamku dan aku tenggelam dalam masyuk yang memabukkan. Kesya, apakah masih ada maaf untukku?

Malam itu aku berlari tanpa henti. Menyusuri lorong malam yang legam. Membawa remuk hatiku yang terlunta. Ribuan mil aku meninggalkanmu. Menghapus jejak kemesraan kita. Aku salah. Aku telah mengoyak keindahan senja yang kerap kita nikmati bersama. Aku telah menciptakan gerhana yang menutup tatapan rembulan di matamu. Seharusnya aku bersabar di sisimu. Menemanimu melahirkan buah cinta kita. Oh Kesya, bagaimana dengan anak kita?

Pintu itu sedikit terbuka. Sepasang tatap menusukku. Aku tak bisa mengelak. tatapan itu tepat mengenai dadaku. Batinku meronta. Aku begitu rindu pada tatapan itu. Sekaligus takut pada kilatan yang menghunus. "Kesya, kau kah itu?" tiba-tiba dunia menjadi sepi. Seperti dibungkam secara paksa. Hanya tarikan nafasmu yang meraja.
"apakah kau sudah meninggalkan perempuan itu?"

Pogung, Desember 2007