Iblis Gugat
Tiba-tiba Iblis merasa gundah gulana. Bagaimana tidak, satu-satunya kebanggaan mereka sebagai aktor pertama yang menggelar teater kesombongan sebentar lagi akan dipatahkan rekornya oleh manusia, makhluk yang di awal penciptaannya membuat mereka ogah untuk tunduk menyembah sehingga mereka dilaknat oleh Tuhan dan dideportasi dari pelataran sorga. Iblis, yang kisah pembangkangannya ditulis di dalam kitab suci merasa mendapat pesaing baru yang jauh lebih sophisticated dalam meramu formulasi keangkaramurkaan. Tidak hanya itu, Iblis merasa hak cipta mereka atas kesombongan dan segala macam metode kejahatan sudah dibajak secara kejam oleh manusia. Penemuan fenomenal sang Iblis itu bahkan sudah dijadikan atribut wajib yang dikenakan manusia dalam setiap ritus upacara kehidupannya.
Memang mengherankan mengapa manusia begitu kesengsem dengan model sikap yang menyimpan muatan kesombongan. Seolah mereka sudah mencapai kesempurnaan hidup saat mereka mampu bersemayam di puncak menara arogansi. Ada semacam kepuasan orgasmus yang menjalar ketika mereka menemukan orang lain terkapar di jurang ketakberdayaan. Ada kenikmatan yang memuncak saat mereka menjumpai keterseokan orang lain dalam menggapai garis finish kesuksesan hidup; Ada rasa bahagia saat mempersaksikan kelemahan dan kepapaan orang lain yang tidak mampu menegakkan tubuh kehidupannya.
Kini, apapun bisa dijadikan modal bagi seseorang untuk menjadi penyombong sejati. Sebab tidak perlu modal besar untuk menjadi seorang ‘saudagar sombong.’ Sebab tidak perlu memiliki ijazah dari universitas ternama untuk bisa bergabung dengan ashabus sombong. Sebab tidak perlu status sosial yang tinggi untuk bisa menjelma elite kesombongan. Sebab tidak perlu memiliki kecakapan dan skill mumpuni untuk bisa bergabung dengan team kecongkakan. Siapapun, asal punya niat yang kekeh, bisa langsung mengisi formulir pendaftaran yang sudah disediakan panitia rekruitmen calon manusia sombong.
Padahal Tuhan sudah memberikan I’tibar yang sangat vulgar dalam riwayat-riwayat sejarah dalam kitab suci. Betapa kesombongan akhirnya lantak. Tersungkur kalah. Sombong adalah lubang galian yang akan mengubur diri seseorang. Juga yang akan membuatnya terjungkal knocked out di akhir ronde kehidupan meskipun sebelumnya dia mengantongi kemenangan demi kemenangan di awal pertandingan. Tidak ada satupun manusia yang menjadi protagonis dalam lanskap kesejarahan hidupnya jika di koridor jiwanya menyumpal manik-manik kesombongan. Itulah sebabnya Tuhan sangat membenci siapapun yang bangga dengan jubah kesombongannya. Wallohu la yuhibbu kulla mukhtalin fahuriin. Bahkan Tuhan tidak akan membuka pintu sorga bagi manusia yang di palung hatinya bersemayam kesombongan –meski hanya- segede Zarah. Namrud, Jaluth, Fir’aun, Qorun, Abu Lahab, adalah percontohan aktor sejarah yang terjungkal karena prestasi kesombongannya.
Akh, Iblis semakin mengelus dada. Epoch bersejarah pengusiran bangsa mereka dari Sorga dan kutukan oleh Tuhan tidak akan lagi menjadi peristiwa istimewa. Sebab manusia akan menciptakan kisah-kisah pembangkangan yang jauh lebih tragik. Dulu kesalahan mereka hanya emoh mengapresiasi karya masterpiece Tuhan: Adam, tetapi kini manusia sudah bertindak lebih radikal dari itu. Manusia, dengan emblem keangkuhannya telah memporakporandakan hasil karya Tuhan. Membangun kerusakan di seantero kosmos kehidupan; menindas keharmonisan tatanan hidup; menjejakkan kaki kesombongannya di tengkuk peradaban. Iblis meratap.
Mereka ingin mengajukkan hak interpelasi sekaligus gugatan kepada Tuhan atas segala sepak terjang manusia yang sudah melebihi ambang batas takaran. Mereka tidak ingin peran sejarahnya dirampas oleh manusia. Mereka tidak rela eksistensinya dikerdilkan oleh makhluk yang dulu dicibirnya. Mereka ingin Tuhan –juga- bertindak tegas menghukum manusia. Akan tetapi Iblis mengurungkan niatnya setelah mereka mendengar Tuhan juga sedang sedih dan murka atas kesombongan manusia yang telah menghancurkan karya-karyaNya. Tuhan juga merasa terusik sebab manusia sedang mencoba merongrong dan mengakuisisi kekuasaan-Nya serta berusaha mengambil alih peran-Nya…..Hmmm…..
Pogung, 20 Juli 2007KA
Memang mengherankan mengapa manusia begitu kesengsem dengan model sikap yang menyimpan muatan kesombongan. Seolah mereka sudah mencapai kesempurnaan hidup saat mereka mampu bersemayam di puncak menara arogansi. Ada semacam kepuasan orgasmus yang menjalar ketika mereka menemukan orang lain terkapar di jurang ketakberdayaan. Ada kenikmatan yang memuncak saat mereka menjumpai keterseokan orang lain dalam menggapai garis finish kesuksesan hidup; Ada rasa bahagia saat mempersaksikan kelemahan dan kepapaan orang lain yang tidak mampu menegakkan tubuh kehidupannya.
Kini, apapun bisa dijadikan modal bagi seseorang untuk menjadi penyombong sejati. Sebab tidak perlu modal besar untuk menjadi seorang ‘saudagar sombong.’ Sebab tidak perlu memiliki ijazah dari universitas ternama untuk bisa bergabung dengan ashabus sombong. Sebab tidak perlu status sosial yang tinggi untuk bisa menjelma elite kesombongan. Sebab tidak perlu memiliki kecakapan dan skill mumpuni untuk bisa bergabung dengan team kecongkakan. Siapapun, asal punya niat yang kekeh, bisa langsung mengisi formulir pendaftaran yang sudah disediakan panitia rekruitmen calon manusia sombong.
Padahal Tuhan sudah memberikan I’tibar yang sangat vulgar dalam riwayat-riwayat sejarah dalam kitab suci. Betapa kesombongan akhirnya lantak. Tersungkur kalah. Sombong adalah lubang galian yang akan mengubur diri seseorang. Juga yang akan membuatnya terjungkal knocked out di akhir ronde kehidupan meskipun sebelumnya dia mengantongi kemenangan demi kemenangan di awal pertandingan. Tidak ada satupun manusia yang menjadi protagonis dalam lanskap kesejarahan hidupnya jika di koridor jiwanya menyumpal manik-manik kesombongan. Itulah sebabnya Tuhan sangat membenci siapapun yang bangga dengan jubah kesombongannya. Wallohu la yuhibbu kulla mukhtalin fahuriin. Bahkan Tuhan tidak akan membuka pintu sorga bagi manusia yang di palung hatinya bersemayam kesombongan –meski hanya- segede Zarah. Namrud, Jaluth, Fir’aun, Qorun, Abu Lahab, adalah percontohan aktor sejarah yang terjungkal karena prestasi kesombongannya.
Akh, Iblis semakin mengelus dada. Epoch bersejarah pengusiran bangsa mereka dari Sorga dan kutukan oleh Tuhan tidak akan lagi menjadi peristiwa istimewa. Sebab manusia akan menciptakan kisah-kisah pembangkangan yang jauh lebih tragik. Dulu kesalahan mereka hanya emoh mengapresiasi karya masterpiece Tuhan: Adam, tetapi kini manusia sudah bertindak lebih radikal dari itu. Manusia, dengan emblem keangkuhannya telah memporakporandakan hasil karya Tuhan. Membangun kerusakan di seantero kosmos kehidupan; menindas keharmonisan tatanan hidup; menjejakkan kaki kesombongannya di tengkuk peradaban. Iblis meratap.
Mereka ingin mengajukkan hak interpelasi sekaligus gugatan kepada Tuhan atas segala sepak terjang manusia yang sudah melebihi ambang batas takaran. Mereka tidak ingin peran sejarahnya dirampas oleh manusia. Mereka tidak rela eksistensinya dikerdilkan oleh makhluk yang dulu dicibirnya. Mereka ingin Tuhan –juga- bertindak tegas menghukum manusia. Akan tetapi Iblis mengurungkan niatnya setelah mereka mendengar Tuhan juga sedang sedih dan murka atas kesombongan manusia yang telah menghancurkan karya-karyaNya. Tuhan juga merasa terusik sebab manusia sedang mencoba merongrong dan mengakuisisi kekuasaan-Nya serta berusaha mengambil alih peran-Nya…..Hmmm…..
Pogung, 20 Juli 2007KA