Friday 22 June 2007

Paranoia

Manusia seringkali terjebak pada sebuah paranoia. Sebuah kecurigaan atau mungkin ketakutan yang berlebihan dan tidak beralasan. Paranoia acap menjadi faktor pemicu lahirnya sebuah peperangan karena perang adalah media yang menempatkan ‘aku’ dan ‘dia’, ‘kami’ dan ‘mereka’ dalam suatu keinginan untuk saling meniadakan, saling melemahkan, saling menyingkirkan: untuk membunuh rasa curiga dan takut. ‘Dia’ adalah orang lain yang sama sekali berbeda, ‘dia’ adalah musuh,’dia’ adalah spionase yang akan mengeruk rahasia, menebar propaganda, menikam dari belakang.......
Kehadiran ‘dia’ seperti isyarat, pembawa berita, semacam superstitions, seperti burung gagak yang bertengger di ubung-ubung, kupu-kupu yang merasuk ke dalam kamar, anjing yang menyalak di senyap malam. Mereka membawa sebuah pesan dari dunia yang berbeda. Sebuah alam yang tak terjangkau.
‘Dia’ mungkin seorang jahat, perampok, bandit, maling, residivis yang harus dimarjinalkan dan diperangi dalam komunitas sosial atau ‘dia’ mungkin seorang kere yang mesti diasingkan dari stabilitas ’keangkuhan’ hidup karena akan mengotori harmoni. ‘Dia’ hanya boleh bertanya, tetapi tak perlu dijawab karena menjawab pertanyaan orang ‘marjinal’ hanya akan menurunkan martabat, mereduksi kewibawaan, melunturkan kemewahan. Membangun komunikasi dengan ‘dia’ berarti merusak tatanan dan skenario yang digariskan penguasa langit, terlalu destruktif dan melanggar konsensus moralitas. ‘Dia’, yang beranjak dari atmosfir subaltern itu adalah warga kelas dua yang harus merendahkan ubun-ubunnya, menyembah-nyembah ketika berbicara, mengiba tanpa harus dimanusiakan, tanpa harus diberi kehormatan. Aspirasinya adalah residu yang layak dikeranjangsampahkan, Perasaannya hanyalah absurditas....
‘Dia’, orang asing itu memang semestinya terasing. Tersuruk dalam sepi, terdindih perih, terpenjara sunyi. ‘Dia’, seseorang yang berbicara apa adanya, dengan tulus melukiskan kesejatian kadang hanya memperoleh keterusiran. ‘Dia’ tak pernah menjadi pribumi di negeri sendiri, dia selalu menjadi tamu asing dalam mimpinya sendiri....
‘Dia’, yang kecil itu memang pantas dikerdilkan, dicabut hak-haknya sebagai manusia, diredam hasratnya....
keparat!!!

No comments: